Mencetak Anak Kreatif



RASA cinta orangtua pada anaknya sering membuat orangtua malah terlalu mengatur segala yang dilakukan anak-anaknya, sehingga kreativitas yang dimiliki anak-anak tersebut menjadi terbelenggu dan tidak maksimal perkembangannya. Kreatif dapat diartikan sebagai memiliki daya cipta. Banyak orang menjadi hebat karena mereka kreatif. Untuk itu sebagai orangtua yang tentu mengharapkan anak-anak menjadi generasi yang hebat, kreativitas anak dalam menciptakan hal tertentu, menggagas ide baru yang belum pernah mereka lakukan, hendaknya dibiarkan berkembang namun tetap dalam pengawasan. Orangtua dapat mendidik anak-anak agar kreatif sejak dini. Dalam Woman Ideas (Agustus 2010) dikatakan ada sembilan tips yang dapat dilakukan orangtua untuk mencetak anak kreatif sejak dini, yaitu:



Dorong Anak Mengungkapkan Ide dan Perasaan

Dalam suatu acara makan-makan, saya melihat anak laki-laki saya Deva sedang mencampur minuman fanta merah dan coca-cola, lalu dia campur lagi dengan fanta orange, dst. Melihat lantai berantakan, saya sempat hampir marah, namun saya tanyakan kenapa dia mencampur minuman seperti itu. Dia menjawab bahwa hal itu adalah kolaborasi, untuk membuat indah minuman di gelas. Saya kaget anak kelas II SD bicara tentang kolaborasi. Saya tanya dari mana dia tahu kata tersebut, dia katakan mendengar dari saya dan acara TV Indonesia Got Talent, katanya. Anak perlu didorong untuk dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, terlebih anak yang cenderung pendiam dan tidak mudah berekspresi. Hal ini memang sepertinya mudah, tapi orangtua sering mengabaikannya.

Pertanyaan seperti "Bagaimana perasaan Adek pergi ke laut? lebih baik daripada "Adek suka enggak pergi ke laut?" Beri pertanyaan yang jawabannya berupa penjabaran. Atau minta anak untuk memberi ide untuk kegiatan yang akan dilakukan selama liburan. Atau bisa juga bicara tentang bagaimana ia mau menata kamarnya.



Dorong Anak Berani Berisiko

Orangtua sering terlalu over-protective terhadap anak sulung, karena orangtua belum memiliki pengalaman sebelumnya. Sehingga anak sulung lebih sering ragu melakukan sesuatu yang baru. Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Jadi, dorong anak untuk berani mencoba melakukan hal baru, misalnya berenang atau membayar ke kasir. Awalnya ia mungkin takut-takut, karena itu dorong terus kepercayaan dirinya. Jika memang harus, temani mereka dalam melakukan hal baru itu. Berenang, misalnya, pada awalnya tentu orangtua harus menemaninya karena jika tidak bisa bahaya. Putri pertama saya saat berumur 8 tahun, perlu waktu 3 bulan untuk menghilangkan traumanya karena pernah tenggelam di kolam renang, karena saya tidak menjaganya. Tapi akhirnya dia mampu, karena saya terus meyakinkannya, sehingga akhirnya bisa berenang dengan baik. Yang harus diingat, jangan memarahi anak saat ia berbuat kesalahan dalam mencoba hal baru. Keberanian dan rasa percaya diri anak sangat jauh lebih berharga daripada piring yang pecah saat dia belajar makan sendiri. Arahkan dengan sabar.



Berikan Kepercayaan

Ketika anak dibiasakan segala sesuatunya disiapkan, dia tidak akan menjadi kreatif. Yang harusnya dilakukan orangtua adalah memberikan mereka tanggung jawab dan kepercayaan untuk melakukan sesuatu. Berikan tanggung jawab itu sesuai dengan usia anak. Orangtua sering salah dalam mengekspresikan cintanya pada anak-anak, dengan cara melayani dan melakukan apa saja yang dibutuhkan anak. Hal ini justru akan "menjerumuskan" anak, sehingga mereka menjadi kurang kreatif.



Jangan Buru-Buru Membenarkan

Jangan buru-buru menyela, misalnya saat ia memberi warna untuk langit. Tanyakan saja mengapa ia mewarnai langit ungu. Itu akan membuat dia bisa mengungkapkan ide-ide atau imajinasinya. Masalah kehidupan yang dialami orangtua sering membuat orangtua kurang waktu untuk anak-anak, sehingga sering muncul keinginan agar anak-anak mampu melakukan segala sesuatu sesuai keinginan kita. Ingatlah untuk selalu bertanya tentang alasan anak melakukan sesuatu.



Hargai Kreativitasnya

Pujian dari orangtua adalah energizer yang akan memacu anak untuk terus berusaha. Beri pujian tulus saat dia melakukan atau membuat sesuatu yang kreatif. Pujian terutama di depan orang dewasa lain, akan membuat dia termotivasi. Tunjukkan juga rasa antusias kita sebagai orangtua, ajukan pertanyaan yang menunjukkan ketertarikan mengenai karya kreatifnya.



Berikan Fasilitas dan Sarana

Berikan fasilitas dan sarana yang bisa mendukung dia dalam mengeksplor kreativitasnya. Tidak selalu harus yang mahal. Orangtua bahkan bisa pakai barang-barang yang ada di sekitar rumah, mengajaknya berkebun, menggunting, dll.



Merangsang Imajinasi

Masa kanak-kanak adalah masa keemasan mengembangkan imajinasi. Rangsang imajinasi anak agar memiliki imajinasi yang juga positif. Permainan yang bisa merangsang kreativitas misalnya lego, kertas lipat, plastisin, hingga membacakan dongeng yang mendidik, main pasir di pantai, atau minta anak memimpin melakukan melakukan permainan sehingga dia bisa berimajinasi sebagai pemimpin, bukan figur-figur mitos, seperti hantu, dsb.



Pupuk Rasa Ingin Tahu

Bacakan cerita atau lakukan permainan yang memancing rasa penasaran. Orangtua bisa membacakan cerita bersambung, atau ajak anak ke kebun binatang yang dapat memperluas pengetahuannya. Anak-anak suka bertanya sesuatu yang menarik baginya. Hal baru selalu menarik baginya. Ketika anak bertanya, dan orangtua tidak tahu jawabannya, janganlah berbohong, tetapi ajak anak untuk menemukan jawabannya bersama.



Gemar Membaca

Buku memang adalah jendela dunia. Jika anak memang belum bisa membaca, membacakan cerita adalah cara untuk merangsang anak suka membaca. Ajaklah anak jalan-jalan ke toko buku dari pada ke mall. Tapi untuk membuat anak gemar membaca, orangtua harus memberi contoh terlebih dahulu. Seperti pepatah your action talks louder than your words, memberi contoh dengan tindakan akan lebih signifikan, makanya daripada hanya menasihati dengan kata-kata.

Selamat menjadi orangtua kreatif untuk mencetak anak kreatif.