Musim hujan perlahan telah tergantikan oleh musim kemarau, angin dingin mulai terasa terutama disaat malam dan dipagi hari sebelum matahari terbit. Disaat-saat seperti itu keinginan minum kopi bagi yang doyan minum kopi hampir tidak tertahankan. Apalagi bagi yang hidup didaerah pegunungan yang pada hari biasa saja sudah kerasa dinginnya sekarang malah nambah dingin lagi. Suguhan segelas ataupun secangkir kopi di malam hari dan dipagi hari adalah kebahagiaan bagi masyarakat pancasari.
Minum kopi tanpa peneman kalau di desa diistilahkan 'kopi wanen' (kopi berani), disebut wanen atau berani karena kopi ini datangnya sendirian tanpa ada yang menemani. Kalau menyuguhkan kopi wanen kepada tamu, seringkali si tuan rumah merasa grogi dan langsung berbasa-basi," kanggoang kopine nak wanen" ( mohon dimaklumi kopinya terlalu berani-gak berteman-). Yang menjadi tamu akan menjawab ," meh ibu jeg repot-repot ngae kopi, men be kebekin gulane?"( waduh ibu ini sibuk banget pake bikin kopi,..apa sudah dikasi gula bu?).
Kadang ada juga tuan rumah yang agak jahil dia akan bilang ," Sing ada kopi kanggoang teh?!". Ucapan si Tuan rumah ini punya dua arti: arti yang pertama yaitu tidak ada kopi lho, kalau teh mau nggak?
arti yang kedua yaitu " Gak ada kopi . harap maklum ya.."
Kalau di Bali umumnya orang minum kopi dengan penemannya yaitu jajan khas bali ada jaja lukis, jaja pisang rai, jaja layah sampi, jaja pulung-pulung, jaja laklak dan masih banyak lagi. Satu peneman kopi yang paling dominan yaitu Jaja godoh alias pisang goreng. Jaja godoh bisa ditemui di warung-warung pada pagi hari atau bisa dibikin sendiri dengan gampang yang penting ada bahan-bahannya.
Cara bikin jaja godoh ( menyusul)